Potret Wanita dalam Suluk Tanen
DOI:
https://doi.org/10.37014/jumantara.v6i1.309Abstract
Wanita adalah tiang agama. Konsep tersebut sangat berbeda dengan wanita yang hanya dilihat dengan fungsi macak, masak, manak. Demikian halnya status wanita yang dianggap sebagai garwa atau sigaraning nyawa yang dapat dimaknai bahwa wanita hanya sebagai pendamping yang tidak punya kuasa. Hal tersebut menjadi kontras dengan adanya kenyataan pada masa lalu bahwa wanita ternyata tidak hanya berada di belakang suami tetapi berani tampil degan keterampilan berperang sehingga muncul istilah prajurit wanita. Konsep-konsep di atas terlihat berbeda-beda bahkan saling kontra. Pemahaman konsep wanita yang beraneka tersebut hidup di lingkungan budaya yang sama yaitu Jawa. Satu konsep melihat wanita sebagai makhluk yang lemah tetapi di lain pihak wanita dikategorikan makhluk yang kuat. Uraian tentang kekuatan dan kelemahan wanita tersebut menggelitik untuk melihat potret wanita yang terdapat dalam Serat Piwulang Estri khususnya pada Suluk Tanen. Suluk Tanen adalah salah satu teks yang terdapat dalam Serat Piwulang Estri yang merupakan naskah koleksi Perpustakaan Pura Pakualaman. Naskah ini ditulis pada tahun 1834 M dan merupakan kumpulan teks yang berisi nasehat kepada wanita. Teks yang kaya akan simbol ini memerlukan beberapa tahapan pembacaan untuk dapat memaknainya. Simbol adalah gambaran ide yang merekam ideologi penulis atau lingkungan penciptanya. Peran pembaca teks dalam memaknai teks dianggap sebagai perkembangan cakrawala budaya pembacanya. Pembacaan terhadap Suluk Tanen pun akan memperlihatkan ideologi yang dijiwainya. Perumpamaan-perumpamaan yang terdapat dalam Suluk Tanen mengibaratkan wanita sebagai ladang bertani, suami sebagai petani dan padi sebagai hasilnya. Ladang yang baik harus mempunyai batas yang jelas, tanah diolah dengan teratur hingga siap ditanami benih. Benih yang ada pun harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya untuk nantinya dapat menghasilkan padi yang berkualitas. Tumbuh kembang benih juga harus dijaga sebaik-baiknya hingga dapat dipanen dan disimpan. Perumpamaan di atas ternyata menjadi simbol tentang wanita yang dimisalkan sebagai lahan pertanian yang harus siap secara lahir dan batin sebelum berumah tangga. Bahkan setelah berumah tangga pun wanita harus selalu mengendalikan dirinya dan menjalankan perintah agama untuk dapat menjaga benih yang nantinya lahir menjadi penerus. Setelah melahirkan pun wanita harus senatiasa menjaga anaknya dan mengajarinya dengan perintah-perintah agama. Dari hasil bacaan terhadap Suluk Tanen tersebut menunjukkan adanya ideologi Islam yang terekam. Ideologi yang muncul dari Suluk Tanen memperlihatkan adanya sikap memuliakan wanita, karena dari wanitalah generasi penerus bangsa akan lahir, sehingga wanita sangat dihargai.References
Alternbernd, Lynn dan Leslie. 1970. A Handbook of The Study of Poetry. London: Macmillan Company
Andrianie, Kurnia. 2003. "Piwulang Estri: Suntingan Teks dan Terjemahan" Skripsi S1 Sastra Nusantara FIB UGM
Creeze, Helen. 2012. Perempuan dalam Dunia Kakawin: Perkawinan dan Seksualitas di Istana Indic Jawa dan Bali . Denpasar: Pustaka Larasan
Handayani, Christina S. dan Ardhian Novianto. 2004. Kuasa Wanita Jawa . Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara
Junus, Umar. 1989. Stilistik: sebuah Pengantar. Selangor: Dewan BaHasa dan Pustaka
Kumar, Ann. 2008.Prajurit Perempuan Jawa: Kesaksian Ihwal Istana dan Politik Jawa Akhir Abad ke-18. Jakarta: Komunitas Bambu
Poerwadarminta, WJS. 1939. Baoesastra Djawa .Batavia: JB Wolters
Sudewa, A. 1991. Serat Panitisastra :Tradisi Resepsi dan Transformasi. Yogyakarta: Duta Wacana Press.
_________. 1992. "Wanita Jawa Antara Tradisi dan Transformasi" dalam Citra Wanita Jawa dan Kekuasaan. Susanto dkk (Ed.). Yogyakarta: Kanisius
Waluyo. 2003. "Cerita Dewi Murtasiyah : Analisis Struktural Model Robert Stanton" Skripsi S1 , Sastra Nusantara FIB UGM
Wulandari, Arsanti. 2001. "Serat Nitipraja: Suntingan Teks, Terjemahan dan Analisis Semiotik". Tesis S2 Prodi Sastra Universitas Gadjah Mada
________________. 2006. "Wanita dalam Serat Nitipraja" dalam Humaniora Vol/18, Nomor 1 , Februari
Downloads
Published
Issue
Section
License
- This statement is the author's commitment to respect copyright, both in terms of citing other people's work and utilizing journal content. If necessary, the author can send an Authenticity Statement of Article stating that "this work is the author's original idea and has never been sent to another publisher and published in any publication"
- The author retains copyright.
- The moral rights of publication belong to the author.
- Formal legal aspects in the use of journal publications refer to the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (CC BY-SA) license, which means that journal content can be used freely for any purpose.