Filologi, Islam Indonesia, dan Polemik Keagamaan

Authors

  • Agus Iswanto Kementerian Agama RI

DOI:

https://doi.org/10.37014/jumantara.v5i1.375

Keywords:

Tinjauan Buku, Filologi, Islam Indonesia, Polemik Keagamaan, Naskah, Manuskrip

Abstract

Saya teringat dengan tulisan almarhum Alex Sudewa, filolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tulisan tersebut terbit dalam majalah Basis pada Oktober 1984, dengan judul ‘Filologi dalam Era Pembangungan.’ Ia, dalam tulisan itu, mengatakan bahwa jika filolog bekerja sendiri, maka hanya akan berlomba dengan ngengat di museum atau perpustakaan yang kotor tak terawat. Oleh karena itu, filolog sebaiknya memberi umpan kepada ilmuwan sosial yang dalam era ini, (menurutnya waktu itu sebagai era pembangunan), baru berlaku sebagai pencetak gol. Gol selalu dicetak karena ada umpan dari sesama pemain. Kerja para filolog dalam era ini diibaratkan sebagai umpan terobosan yang dikirim kepada pencetak gol, yakni para peneliti ilmu sosial. Dengan argumen tersebut, sesungguhnya Sudewa sedang mengajukan tantangan kepada para filolog, untuk menjadikan filologi lebih inland dalam realitas kehidupan manusia era kini. Bukankah sudah banyak pula pendapat-pendapat tentang pentingnya manuskrip bagi pembentuk kebudayaan dan jati diri bangsa? Tampaknya ini yang coba dijawab oleh para filolog, yang dalam kasus manuskrip keagamaan Islam, Oman Fathurahman menjadi salah satu sarjana yang menjawab tantangan Sudewa tersebut, sebagaimana tercermin dalam bukunya ini.

Downloads

Published

2019-08-12

Issue

Section

Articles