Menggali Konsepsi Tri Hita Karana Dalam Geguritan Sekar Mulat Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Bangsa

Authors

  • Gusti Ayu Novaeni Universitas Padjadjaran, Bandung

DOI:

https://doi.org/10.37014/jumantara.v4i1.401

Keywords:

Geguritan Sekar Mulat, Tri Hita Karana, Karakter Bangsa, Naskah, Manuskrip

Abstract

Geguritan merupakan karya tradisional yang menggunakan bahasa Bali, dan diikat oleh kaidah matra yakni tembang macepat, sekar alit atau pupuh. Adapun aturan tembang macepat (sekar alit atau pupuh), meliputi jumlah suku kata dalam satu baris yang disebut guru wilangan, jumlah baris dalam satu bait yang disebut guru gatra, dan pola rima yang tetap atau nada akhir setiap baris yang disebut guru ding-dung. Geguritan Sekar Mulat merupakan karya I Wayan Kawi Arcana. Geguritan Sekar Mulat sebagai karya sastra geguritan dibangun atas tiga pupuh yaitu pupuh sinom, pupuh ginada, dan pupuh durma. Geguritan Sekar Mulat dilihat dari isinya merupakan geguritan yang mengandung tutur. Tutur merupakan suatu ajaran yang harus diingat. Ajaran-ajaran yang terkandung di dalam karya tersebut adalah ajaran tentang Tri Hita Karana, ajaran tersebut telah berkembang di masyarakat dari sejak dahulu hingga sekarang. Tri Hita Karana terdiri dari hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Paryangan), hubungan harmonis antara manusia dengan sesama manusia (Pawongan) dan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan (Palemahan). Hubungan harmonis tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya kebijaksanaan (dharma) yang didasari atas ilmu pengetahuan (widya); dasar tersebut akan digunakan untuk membangun karakter bangsa. Karakter bangsa yang kuat merupakan satu-satunya jalan utuk mengatasi degradasi moral. Geguritan Sekar Mulat mengandung kearifan lokal dalam rangka pembentuk karakter bangsa untuk dapat mengatasi degradasi moral, salah satunya dengan pembentukan ideologi. Ideologi Bhineka Tunggal Ika sebagai ideologi bangsa, serta dapat membangun jiwa toleransi. Toleransi yang dibangun bukan hanya antar sesama manusia, tetapi toleransi antara manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam. Kesadaran akan toleransi memupuk terciptanya hubungan harmonis sebagai entitas dari ajaran Tri Hita Karana.

References

AGASTIA, IDA BAGUS GEDE. 1980. "Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali". Denpasar.

"“"“"“"“"“. 1987. Sagara Giri: Kumpulan Esei Sastra Jawa Kuna. Denpasar: Wyasa Sanggraha.

"“"“"“"“"“. 2006. Ida Cokorda Mantuk Ring Rana Pemimpin yang Nyastra. Denpasar: Dharma Sastra.

ANOM, DKK. 2008. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin dan Bali. Denpasar: Kerjasama Dinas Kebudayaan Kota Denpasar dengan Badan Pembina Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Provinsi Bali.

ARCANA, I WAYAN KAWI. 1992. "Geguritan Sekar Mulat". Denpasar.

BAGUS, I GUSTI NGURAH, DKK. 1988. Analisis Geguritan Salampah Laku Karya Ida Padanda Made Sidemen. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

BARTHES, ROLAND. 2009. Mitologi (terj. Nurhadi dan A. Sihabul Millah). Yogyakarta: Kreasai Wacana.

"“"“"“"“"“. 2010. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa: Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol dan Representasi (terj. Ikramullah Mahyuddin). Yogyakarta: Jalasutra. Danandjaja

DANANDJAJA, JAMES. 1984. Foklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain). Jakarta: Grafiti Pers.

DINAS PENDIDIKAN DASAR PROPINSI DATI I BALI. 1986. Kakawin Sutasoma. Denpasar.

MENAKA, I MADE, 2002. Sarasamuscaya. Denpasar: Indra Jaya.

NOVAENI, GUSTI AYU. 2011. "Konsepsi Tri Hita Karana dalam Geguritan Sekar Mulat : Analisis Mitologi". Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana (Sebuah sekripsi sarjana pada Jurusan Sastra Bali).

SUARKA, I NYOMAN. 1987. "Babad Mpu Bharadah Mwang Rangdeng Dirah Analisis Struktur dan Fungsi". Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana (Sebuah sekripsi sarjana pada Jurusan Sastra Daerah).

"“"“"“"“"“. 2007a. "Kesusastraan Bali Purwa". (Makalah dibawakan pada Penataran Guru Mata Pelajaran Bahasa Bali Tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK Negeri /Swasta Se-Bali di Denpasar).

"“"“"“"“"“. 2007b. Kidung Tantri Pisacarana. Denpasar: Pustaka Larasan.

TERA, R.I. 2010. Panduan Pintar EYD. Yogyakarta: Indonesia Tera.

ZOETMULDER, P.J. 1991. Manunggaling Kawula Gusti. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

ZOETMULDER, PJ. DAN ROBSON, S.O. 2006. Kamus Jawa Kuna Indonesia Penerjemah Darusuprapta Sumarti Suprayitna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Downloads

Published

2019-08-12

Issue

Section

Articles