Pantheisme dan Makrifat: Kemanunggalan Radikal dan Moderat

Authors

  • Mohammad Ardani Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.37014/jumantara.v1i2.117

Keywords:

pantheisme, makrifat, tasawuf, manunggal, naskah, manuskrip

Abstract

Sebagian manusia merasa tidak puas dengan sekedar menjalankan ibadat yang formal di dalam menjalin hubungan dengan Tuhan. Oleh karena itu mereka berupaya menyempurnakan dengan tasawuf yang mereka anggap lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan secara sadar, sehingga seseorang merasa benar berada di hadirat Tuhan. Dalam sejarah, mulanya tasawuf itu mengambil bentuk zuhud dalam arti sikap hidup sederhana dan menjauhi kemegahan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Selanjutnya tasawuf itu juga digunakan untuk memperhalus budi pekerti dan sopan santun ketika manusia itu mengadakan hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia. Perkembangan lebih lanjut, memperlihatkan bahwa tasawuf bukan hanya untuk memperhalus budi pekerti yang bersifat akhlak seperti disebutkan di atas, tetapi juga merupakan pandangan hidup yang bersifat disistematis atas dasar pemikiran mendalam dan mendasar yang bersifat falsafi. Corak tasawuf yang pertama dimaksudkan untuk memperhalus budi pekerti dan pengalaman syari’at yang biasanya dijalankan dengan ketat dan kaku, sehingga ajaran syari’at itu menjadi lebih halus, mendalam dan bermakna. Lain halnya corak tasawuf yang kedua. Tasawuf ini benar-benar bersifat falsafi bertujuan bukan saja untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat-dekatnya, tetapi juga untuk bersatu kepada Tuhan. Tasawuf yang bertujuan akhlaki banyak dikembangkan golongan “sunni†terutama Al-Ghazali.  Tasawuf yang bersifat falsafi banyak dikembangkan golongan non “Sunni†terutama Al-Hallaj dan Ibn-‘arabi.

Downloads

Issue

Section

Articles