Pemahaman Pemustaka Dalam Menelusur Sumber-Sumber Literatur Di Perpustakaan PDII-LIPI
DOI:
https://doi.org/10.37014/medpus.v22i2.855Keywords:
Penelusuran informasi, Layanan perpustakaan, Pemustaka, Perpustakaan PDII.Abstract
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui: a) profil penelusur literatur; b) pemahaman pemustaka terhadap sistem penelusuran literatur; c) pemahaman pemustaka terhadap tahapan penelusuran literatur; d) pemahaman pemustaka terhadap sistem layanan literatur; e) sikap pemustaka terhadap hasil penelusuran literatur; dan f) cara komunikasi pemustaka dengan petugas/pustakawan ketika mengalami kesulitan dalam menelusur sumber-sumber di Perpustakaan PDII. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner. Responden yang dijadikan sampel sebanyak 50 orang. Data yang sudah terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif, dengan cara: 1) memverifikasi, mengklasifikasi, dan memperingkatkan jawaban responden, dari jawaban paling banyak hingga paling sedikit. dan 2) menjelaskan pernyataan responden yang bernilai negatif. Penyajian data secara kualitatif berupa persentase pernyataan responden dan tabel. Hasil pembahasan, kemudian dijadikan dasar untuk menyusun kesimpulan. Hasil kajian antara lain: 1) Responden/pemustaka yang menelusur sumber-sumber literatur Perpustakaan PDII sebagian besar dari kalangan mahasiswa (49 orang atau 98%), dengan tujuan mencari sumber referensi penelitian yang bersumber dari artikel jurnal Ilmiah Indonesia; 2) Sebagian besar pemustaka “memahami†tentang penelusuran sumber-sumber literatur di Perpustakaan PDII, baik menggunakan Katalog LARAS atau ISJD maupun mencari koleksi di rak perpustakaan (34 orang atau 68%); 3) Sebagian besar pemustaka “kurang memahami†tentang adanya menu pencarian di Katalog LARAS atau ISJD dan sistem layanan literatur yang dilaksanakan di Perpustakaan PDII, baik menelusur melalui menu pencarian umum dan pencarian canggih, maupun menelusur pada sistem layanan terbuka dan tertutup; 4) Sebagian besar pemustaka akan mencari/menelusur koleksi lain dengan topik atau variabel judul koleksi sejenis (46 orang atau 92%), dengan memperhatikan aspek kekhususan/spesifikasi topik koleksi yang sejenis. Jika mengalami kesulitan, pemustaka akan meminta bantuan penelusuran literatur ke petugas/pustakawan.References
Adisantoso, J. 1996. Pendekatan kuantitatif untuk penelusuran informasi. Jurnal Forum Statistika dan Komputansi, p:24-29.
Borodovkina, L. 2000. Investigation of machine learning tools for document clustering and classification [tesis]. USA: Department of Electrical Engineering and Comp Science, MIT.
Hartinah, S. 1996. Persepsi pengguna dan petugas terhadap kualitas jasa penelusuran informasi ilmiah: studi kasus di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Laloo, B.T. 2002. Information needs, information seeking, behaviour and users. New Delhi: Ess Ess Publications
Mount, E. dan Massoud, R. 1998. Special libraries and information centers: an introductory text. USA: Special Library Association Publishing.
Perpusnas. 2010. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya. Jakarta: Perpusnas RI
Purnomowati, S., dkk. 2006. Kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi peneliti di Serpong. Buku Kasus Kepustakawanan Kita: beberapa hasil penelitian. Jakarta: PDII-LIPI.
Qurniati, N. 2008. Pemanfaatan internet sebagai media penulusuran informasi di perpustakaan. Jurnal RBITH, Vol.4, No.3: 577-579.
Sulistiyo-Basuki. 1992. Teknik dan jasa dokumentasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Tambunan, K. 2012. Indonesian Scientific Journal Database: pengenalan. Jurnal BACA, Vol 33, No 1].
Wahyudin. 2010. Strategi jitu penelusuran informasi ilmiah yang cepat, tepat, dan akuran di internet. Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol.10, No.2: 47-48.
Wilson, T.D. 1984. The Cognitive approach to information seeking behaviour and information use. Sosial Science Information Studies, 4, 197-204.