Pustakawan dan Perpustakaan dalam menghadapi tantangan di era global

Authors

  • Blasius Sudarsono Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.37014/medpus.v18i3.824

Keywords:

library 2.0, pustakawan dan globalisasi, globalisasi

Abstract

Artikel ini membahas pustakawan dan perpustakaan dalam menghadapi tantangan global. Tangan global pada artikel ini adalah globalisasi. Ruh awal globalisasi adalah hubungan eropa dengan dunia di luar eropa, hubungan ini maksudnya adalah eropa mendominasi perdagangan dan industry di Kawasan di luar eropa. Secara sederhana prinsip globalisasi adalah menghubungkan antar negara sehingga tidak lagi ada batasan, khususnya untuk pergerakan barang, modal dan jasa (tenaga).  Globalisasi membuat penduduk dari negara lain dapat mengikuti isu-isu negara lain dan menyuarakan aspirasinya. Aspirasi ini mensyaratkan program dunia dalam pengembangan atas budaya hak asasi manusia (human right culture). Hal ini menjadi keniscayaan. Dikatakan kita harus belajar menjadi warga dunia (global citizens). Manusia perlu memperlajari kepekaan untuk hidup dalam dunia multikultur. Kewargaduniaan (global citizenship) bukan bawaan genetika namun hanya dapat diper oleh melalui pendidikan dan pelatihan yang ekstensif. Oleh karena itu kita harus mulai terlebih dahulu mendidik diri kita masing­masing dan menghayatinya. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi tantangan sekaligus tulang punggung dalam membangun masyarakat sipil dunia. Perpustakaan sebagai lembaga informasi wajib menyikapi hal tersebut, karena sejalan dengan globalisasi maka web 2.0 menekankan pada partisipasi dari pengguna internet atau web. Web 2.0 memberikan pengaruh dalam penyelenggaraan perpustakaan, atau kita kenal sebagai library 2.0. library 2.0 secara ringkas oleh Blyberg dirumuskan sebagai (koleksi+orang+kepercayaan radikal) x  partisipasi. Partisipasi menjadi kunci, artinya tanpa partisipasi dari pengguna dan pustakawan library 2.0 tidak dapat diwujudkan. Partisipasi tersebut dapat berubah pertanyaan kepada pemustaka mengenai manfaat koleksi yang dipinjamnya, aktif memberikan referensi kepada pemustaka dan kegiatan lain yang memungkinkan terjadi interaksi antara perpustakaan dan pemustaka. Pendayagunaan internet dengan baik dan benar pun menjadi isu yang perlu diperhatikan perpustakaan. Jika perpustakaan adalah pustakawannya maka perubahan menuju library 2.0 harus diawali dengan transformasi pustakawannya.

References

Graham, P. 2005. Web 2.0. http://www. paulgraham.com/Web20.html

Hamelink, C.J. 1999. The Elusive Concept Of Globalisation. Global Dialogue. Nicosia : Summer, Vol. 1. Iss. 1.

Megill, A. 2005. Globalization And The History Of Ideas. Journal of the history of ideas. Baltimore : Apr 2005, Vol. 66. Iss. 2.

Sudarsono, B. 2005. Mekanisme Kerja Pustakawan. Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jabatan Fungsional Pustakawan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 23 "“24 November.

_____________. 2009a. Perpustakaan Menyikapi Keberadaan Internet. Disampaikan dalam seminar nasional perpustakaan Teknologi informasi di perpustakaan: antara trend dan kebutuhan. Kerjasama Unika Soegijapranata ­ Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Semarang, Kamis 28 Mei.

______________. 2009b. Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0. Disampaikan pada: Workshop Library 2.0: Challenge and Opportunities to Library Management. Semarang, Universitas Diponegoro, 11 Agustus.

Downloads

Published

2020-03-27

How to Cite

Sudarsono, B. (2020). Pustakawan dan Perpustakaan dalam menghadapi tantangan di era global. Media Pustakawan, 18(3), 1–8. https://doi.org/10.37014/medpus.v18i3.824

Issue

Section

Articles